Boneka-Boneka Pendidikan

Inspiratif!

Genre dalam Sebuah Fanfiction (Part II)

Disclaimer by @FFnWorldIndo and Indonesia Fanfiction Awards (IFA)

SEBELUMNYA

10. Humor

Membicarakan genre ini, acapkali membuat kita terpingkal-pingkal secara mendadak karena fiksi yang benar-benar lucu. Genre ini memang ditujukan untuk membuat pembacanya tertawa. Bukan humor namanya, kalau kita malah menatap datar pada fic yang kita baca.

11. Parody

Genre ini hampir mirip dengan genre humor. Perbedaannya terletak pada fic yang lebih seperti dibuat untuk menyindir cerita atau kejadian yang selama ini ada.

Mungkin genre ini tidak terlalu membuat kita tertawa; namun di sisi lain, genre ini dapat menyentil diri kita; membuat kita berintrospeksi. Itulah salah satu faktor yang membuat suatu fic bergenre parodi berhasil.

Untuk genre 10 dan 11 (humor dan parody), perlu diperhatikan kesesuaian karakter dengan cerita yang akan kita jalin. Akan semakin baik jika fic yang dibuat anda sekalian tetap menjaga karakterisasi tokoh yang dipilih, namun tetap terasa humor ataupun parodinya (@FFnWorldIndo).

12. Angst

Jika fanfiction kamu cenderung menyayat hati (atau mungkin mendayu-dayu), maka fanfiction-mu layak bergenre yang satu ini.

Angst adalah genre yang menggambarkan suatu kesedihan, ketakutan, kecemasan, atau perasaan tidak nyaman; istilah kerennya “galau”. Fic dengan genre angst biasanya alur penyiksaan emosi atau perasaan tokoh dalam fic. Fanfiksi angst yang baik adalah yang mampu mengaduk-aduk hati pembaca yang memilih fic tersebut untuk dinikmati.

Sekadar saran, fic dengan genre angst akan semakin apik bila ditimpa dengan diksi yang memikat (@FFnWorldIndo).

13. Tragedy

Genre ini memiliki sedikit kesamaan dengan angst, dalam hal ini, kesamaan suasana.

Tragedy adalah genre yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang tragis, walau tidak selalu mengenai kematian. Suatu peristiwa dapat disebut tragedi, apabila peristiwa tersebut memengaruhi lingkungan atau kehidupan orang lain, untuk selamanya.

Fic bergenre tragedy yang baik, adalah yang mampu membuat pembaca ikut merasakan proses peristiwa yang mengubah cara pandang tokoh dalam hidupnya.

14. Mystery

Menggunakan genre ini, berarti fic dikaitkan dengan alur yang masih belum jelas, tanda tanya, serta rahasia. Genre ini juga bisa berarti, alur fic masih sulit dijelaskan (karena tak jelas tanda-tandanya) serta sulit diketahui. Kata “teka-teki”, puzzle, serta “enigma” terkait erat dengan mystery.

Fic dengan genre ini juga memberikan rasa penasaran dan ketegangan yang terkadang mirip dengan genre suspense. Pembaca sedikit demi sedikit akan dibeberkan fakta yang “misterius” itu oleh author dari fic mystery tersebut.

Fakta-fakta yang dibeberkan ini juga saling berhubungan, sehingga di akhir, pembaca akan menerima jawaban yang ditunggu-tunggu dari fiksi yang mereka baca.

15. Crime

Tindak kejahatan serta pelanggaran hukum dan undang-undang dijadikan sebagai plot utama fic-mu? Maka genre yang patut diberikan adalah crime.

Genre ini juga dijabarkan sebagai dosa. Unsur crime dalam fic tidak mengikat harus terbatas pada kejahatan fisik, tapi juga bisa secara mental atau kejahatan psikologis (seperti permainan pikiran yang membuat korban merasa tertekan tanpa melibatkan kekerasan fisik).

Hukum yang dilanggar dalam fic crime juga tidak sepenuhnya tetang hukum pidana, bisa juga hukum perdata.

Genre crime yang baik adalah ketika penulis fic memberi penegasan akan kriminalitas alur fiksinya dari segi penokohan, karakteristik, serta jalinan peristiwa dalam fiksi tersebut.

.

.

.

Bersambung

Genre dalam Sebuah Fanfiction (Part I)

Disclaimer by @FFnWorldIndo and Indonesia Fanfiction Awards (IFA)

1. Romance

Genre ini terdiri atas:

a) Romance Straight, genre yang dipilih untuk cerita yang bernuansa romansa antara dua insan brbeda jenis dalam keseluruhan cerita. Romansa pun bisa antardua tokoh atau lebih dalam fanfiksi tersebut. Biasanya, romansa straight  yang baik adalah yang mampu merangkai plot, diksi, memainkan emosi dan penggunaan tata bahasa yang baik.

Cara pengarang dalam mengutarakan plot genre ini umumnya berbeda-beda dan memiliki ciri khas. Yang tidak kalah penting, untuk fanfiction genre ini, pembaca sebisa mungkin mendapatkan feel romansa dalam fic.

b) Romance Slash, genre yang dipakai untuk menggambarkan romansa antardua atau lebih karakter bergender sejenis. Sering pula penulis romance slash melupakan fakta bahwa pasangan yang sedang mereka tuliskan bergender sejenis.

Tidak hanya dari segi romansa, romance slash harus memperhatikan karakter tokoh (yang memang antarpria atau antarwanita). Jangan membuat tokoh menjadi terlalu girlish dan boyish, mengabaikan fakta karakterisasi mereka. Jangan lupa, perhitungkan kemasukakalan fic genre ini.

c) Romance (umum) karena genre ini paling banyak dijumpai, ada baiknya kita menulis dengan plot yang berbeda dan tidak biasa ditemui, sehingga pembaca akan lebih antusias dan tertarik meng-click dan membaca fic kita.

2. Friendship

Menggunakan genre ini, berarti fic kamu mengisahkan ikatan persahabatan antardua tokoh atau lebih. Lebih jauh lagi, untuk meneghasilkan genre friendship yang baik, proses terjalinnya persahabatan itu harus kuat, solid, berakar, tidak tiba-tiba saja karakter tok, jadi, the end.

Bisa saja fic mengisahkan persahabatan yang hubungannya tidak baik di versi canon. Makanya, untuk menyiasati hal ini, haruslah dibangun proses logis antara mereka, supaya alur kisah kuat dan tidak nyasar ke mana-mana.

Sedangkan bila menggambarkan hubungan persahabatan yang bersifat canon tidak sengaja melupakan batas-batas tersebut, sehingga plot dari fic itu kabur (contoh: mengarah ke romance, padahal genre romance bukanlah genre kedua dari fic itu) perlu diperhatikan batas-batas persahabatan yang berlaku. Inilah yang sulit dari genre frendship.

3. Family

Bila kamu memilih genre ini, kamu harus siap mengusung cerita yang menggambarkan interaksi antaranggota keluarga atau antarorang yang sudah dianggap keluarga (kadang-kadang, hewan peliharaan pun dilibatkan dalam genre ini, karena sudah dianggap keluarga juga).

Agar fic bergenre family bisa masuk akal dan tidak berkesan klise, penulis harus mampu menjabarkan permasalahan dalam keluarga senatural mungkin, jangan terkesan dipaksakan. Masalah keluarga haruslah sesuai dengan kenyataan dan kondisi dalam  masyarakat. Bila perlu, lakukan survei untuk genre  ini.

4. Drama

Bila kamu memilih genre ini, maka fic kamu adalah fic yang menitikberatkan plot pada pemaparan konflik atau dilema yang dialami para tokoh. Manifestasi dari pikiran dan emosi para tokoh akan menjadi tindakan=tindakan yang justru menghasilkan komplikasi. Pada akhirnya, penulis harus bisa menggiring pembaca pada klimaks dan ending yang jelas.

Pada genre drama, biasanya penulis kebingungan untuk mengakhiri konflik. Bila ini sudah terjadi, ada baiknya membaca ulang fic dari awal sehingga kami bisa lebih memahami tujuan fic-mu. Sehingga konflik dapat berakhir jelas, tidak asal selesai.

5. Horror

Genre ini terkait berat dengan kata “kengerian”. Untuk menghasilkan genre horror yang baik, penulis harus mampu melakukan perubahan emosional tokohnya, sejalan dengan kengerian yang dialami tokoh (contoh: ngeri karena makhluk halus).

6. Suspense

Genre ini tidak jauh berbeda dengan horror. Lebih mengutamakan ketegangan yang dialami tokoh tersebut. Perbedaan dengan genre horror, genre ini mengarah ke ketegangan tokoh itu sendiri (yang akhir kisahnya malah bisa dibuat menjadi parodi).

Poin penting ke dua genre berkaitan tadi adalah emosi para tokoh. Akan menjadi percuma bila penulis berhasil mendeskripsikan suasana ngeri, tegang, dan keganjilan dalam cerita, jika penulis melupakan perubahan emosional yang tidak kentara.

Genre ini cukup sulit, namun selalu menantang untuk dicoba. Dalam catatan penting, horror dan suspense tidak hanya sekedar mengenai tubuh berdarah-darah tanpa sebab logis.

7. Adventure

Dengan genre ini, fic kamu memakai aspek petualangan yang dialami tokohnya sebagai daya tarik fic.

Adventure biasa diasumsikan sebagai fic dengan “tokoh-mesti-jalan-ke mana-ke mana- ke mana”. Padahal, dari sisi lain, bisa saja dilihat dari satu hari dalam hidup tokoh yang berbeda dari hari-hari biasa. Perjalanan pribadi tokoh pun bisa diletakkan sebagai fic genre ini.

Agar fic genre ini bisa lebih hidup, penulis harus bisa menemukan satu titik klimaks yang menjadi inti fic genre adventure. Penataan alur dan proses petualangan yang apik akan meningkatkan antusiasme pembaca agar mau mengikuti fic kamu sampai akhir.

8. Western

Genre ini merupakan genre yang jarang digunakan di dunia per-fanfict-an Indonesia. Sesuai namanya, genre ini bersetting di daerah western, menggambarkan latar mengenai western dari segi masyarakat, transportasi, bahkan suasana interaksi antartokoh daerah western (intinya tentang koboi-koboi gitulah).

9. Hurt/Comfort

Genre ini digunakan dalam fic yang salah satu pihak/tokoh mengalami penderitaan (fisik/psikis).

Yang perlu diperhatikan dari fic genre ini, jangan biarkan tokoh terjerumus dalam penderitaan terus-menerus, sehingga genre bergeser ke genre angst/tragedy. Perlu juga diperhatikan, agar tidak terkesan sinetronis akibat hurt yang terus-menerus, berikan penyelesaian dengan memberikan kenyamanan pada akhir kisah.

.

.

.

Bersambung

SELANJUTNYA

Kalian lebih setuju saya memberi opini kepada girlband yang mana?

Yang polling terbanyak, itulah yang akan saya bahas…

See ya!

Opiniku: BLINK (Girlband Indonesia)

Sudah tahu BLINK Indonesia, kan? Itu, lo! Girlband Indonesia yang terdiri dari lima orang.

Sebenarnya, aku baru mengenal girlband ini November lalu. Itu pun karena tidak sengaja baca tweet. Banyak yang memuji penampilan mereka di salah satu televisi swasta Indonesia. Mereka mengatakan Blink adalah girlband yang patut diacungi jempol, karena mereka dengan berani bernyanyi tanpa lipsynch, sesuatu yang sudah langka ditemui saat ini (di kalangan girlband).

 

Ketika aku melihat sendiri penampilan mereka di Youtube (karena aku selalu ketinggalan jadwal tampil mereka), memang benar, mereka memiliki ciri khas. Performa yang memuaskan penggemar, memikat hati para penggemar. Tanpa lipsynch!

 

Yang kian membuatku jatuh cinta, mereka tidak latah berpenampilan ala K-pop. Dan aku pikir, inilah keunikan mereka! Dari segi suara pun, T.O.P banget!

 

Namun, jujur, dalam hal menari, aku masih lebih suka gaya menari Cherrybelle atau JKT48. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengurangi rasa cintaku terhadap BLINK.

 

Kalau ada yang penasaran dan ingin tahu mengenai mereka, bisa mencoba mencari biodata mereka di Google. Kalau ingin melihat penampilan mereka, bisa ditonton secara streaming via Youtube.

 

Kalau di Youtube, mereka memiliki channel sendiri. Nama channel mereka adalah Blink Indonesia.

 

Sekian saja curahan hatiku. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, silakan isi kotak komentar. Belum tentu langsung muncul, sih, karena adakalanya harus saya moderasi dulu.

 

See you next time, readers! May God bless us!

Opiniku: Shania Juniantha

Please sy msh 13 tahun dan msh muda please please (╥﹏╥)

Shania Juniantha (@shaniaJKT48)

Status twitter ini di-update kira-kira pada Rabu, 28 Desember 2011, jam sembilan WIB.

Hei, kenapa tiba-tiba Shania update begini?

shania

Kalau pembaca beruntung, di TL Shania, banyak sekali tweeps yang menyangka Shania adalah mahasiswi atau siswi SMA. Tidak hanya di TL-nya, bahkan para penggemar yang bergabung di Forum AKB48 Indonesia pun berpendapat demikian.

Hehehe… Kalau diperhatikan dengan lebih seksama, memang Shania kelihatan lebih dewasa dari umurnya. But she’s so beautiful!

shania

@shaniaJKT48's photo profile (twitter)

Menurut perkiraan saya (halah…), gadis cantik yang berdomisili satu kota sama saya ini (di Bekasi) tidak percaya dengan kata-kata para tweeps. Kalau dia mempercayai mereka, pasti dia tidak akan menulis tweet seperti yang ada di paling atas artikel ini, bukan? Hehehe… (just kidding)

Oh, ya, just my opinion, Shania ini punya kharisma dalam berbicara. Hal ini bisa dilihat dari caranya berbicara dalam video perkenalannya.

Hm… Sekadar informasi aja, kalau di antara pembaca ada yang mengidolakan Shania juga, bisa follow aja fanbase Shania di Twitter.

Ya, sekian saja opini saya tentang Shania Junianatha. Kalau mau tahu profilnya. bisa dilihat di Situs Web Resmi JKT48.

Mudah-mudahan, Shania bisa lebih sukses, bisa seperti Takahashi Minami yang menjadi leader AKB48. Amin (manusia yang terlalu berharap)!

See you next time, readers! May God bless us!

Hal yang Membedakan Indonesia dan Jepang

Indonesia dan Jepang merupakan sebuah negara yang terletak di benua Asia. Sama-sama merupakan negara kepulauan, kedua negara ini memiliki sejarah serta kebudayaan yang unik. Kedua negara ini juga bersahabat hingga saat ini. Tetapi Indonesia tidak sama dengan Jepang. Terdapat beberapa hal yang membedakan Indonesia dan Jepang. Ini dia Hal Yang Membedakan Indonesia dan Jepang :

1. Ketika di kendaraan umum

Jepang: Orang-orang membaca buku atau tidur.

Indonesia: Orang-orang mengobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi cekikikan, ngelamun dan tidur.

2. Ketika makan di kendaraan umum

Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana atau dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.

Indonesia: Dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar ke luar jendela.

3. Ketika di kelas

Jepang: Yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.

Indonesia: Yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.

4. Ketika dosen memberikan kuliah

Jepang: Semua mahasiswa sunyi senyap mendengarkan dengan serius.

Indonesia: Tengok ke kiri, ada yg ngobrol. Tengok ke kanan, ada yg baca komik. Tengok ke belakang, pada tidur. Cuman barisan depan aja yg anteng dengerin, itu pun karena duduk pas di depan hidung dosen!

5. Ketika diberi tugas oleh dosen

Jepang: Hari itu juga, siang/malemnya langsung nyerbu perpustakaan atau browsing internet buat cari data.

Indonesia: Kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari ini!

6. Ketika terlambat masuk kelas

Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat, dan menunjukkan ekspresi malu dan menyesal gak akan mengulangi lagi.

Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.

7. Ketika di jalan raya

Jepang: Mobil sangat jarang (kecuali di kota besar). Padahal Jepang kan negara produsen mobil terbesar di dunia, mobilnya pada ke mana ya?

Indonesia: Jalanan macet, parkiran dimana-mana, dan yang nyeleneh banyaknya para anak remaja labil yang pamer suara rombeng knalpot.

8. Ketika jam kantor

Jepang: Jalanan sepiiiii banget, kayak kota mati.

Indonesia: Banyak oknum pake seragam putih abu-abu pada keluyuran di mall-mall.

9. Ketika buang sampah

Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik dibuang di tempat sampah khusus organik, sampah anorganik dibuang di tempat sampah anorganik.

Indonesia: Mau organik kek, anorganik kek, bangke binatang kek, semuanya tumplek di dalam sebuah kantong kresek.

10. Ketika berangkat kantor

Jepang: Berangkat naik kereta/bus kota. Mobil cuma dipake saat acara keluarga atau yg bersifat mendesak aja.

Indonesia: Gengsi dooonk… Masa’ naik angkot?!

11. Ketika janjian ketemu

Jepang: Ting…tong…semuanya datang tepat pada jam yg disepakati.

Indonesia: Salah satu pihak pasti ada dibiarkan sampai berjamur & berkerak gara2 kelamaan nunggu!

12. Ketika berjalan pada pagi hari

Jepang: Orang2 pada jalan super cepat kayak dikejar doggy, karena khawatir telat ke kantor/sekolah.

Indonesia: Nyantai aja cing…! Si boss juga paling datengnya telat!

Dari beberapa hal di atas, dapat menjadi referensi bagi kita semua untuk saling memperbaiki diri masing-masing. Mau dibawa kemana Indonesia jika generasi muda dan tua tidak memiliki moral yang baik?

Dikutip dari http://on.fb.me/sXAWe5 

(diakses 10 Desember 2011)

Sasuke itu 3L (Labil, Lemah, Lebay) – Opini dari Teman Facebook-ku

Ini hanyalah opini dari seorang teman saya yang diterbitkannya di facebook pada tanggal 14 November 2011. Sejujurnya, saya setuju dengan opininya ini. Yang bertulisan miring dan tercetak agak ke kanan, itulah opininya. Ini saya dapatkan dari catatan facebook-nya.

 

SASUKE ITU 3L (LABIL, LEMAH, LEBAY) #by: Ken as Sasuke’s Centric

Penulis adalah seorang Sasuke’s Centric.

Sasuke itu L1 (Labil)

Chara di Animanga Naruto Shippuden yang mudah terpancing adalah Sasuke.

Meski bukan termasuk orang bertemperamen tinggi, tapi Sasuke adalah ninja yang mudah terhasut oranglain. Dua contoh nyatanya adalah Hasutan Madara dan Kebohongan Itachi. Jika memang jenius, seharusnya Sasuke berpikir: kakak yang sangat menyayanginya tidak akan mungkin menyatakan sesuatu yang menyakitkan, bahkan membuatnya mendendam.

Ujung-ujungnya dia sendiri ‘kan yang menyesal, begitu tahu Itachi yang menurutnya telah menyakitinya hingga membuatnya mendendam justru sangat menyayangi dan selalu melindunginya.

Sasuke menjadikan kebencian dan dendam sebagai kekuatan bahkan merelakan tubuhnya untuk eksperimen Orocimaru demi mendapat kekuatan. Ternyata semua itu sia-sia begitu tahu kenyataan sesungguhnya.

Dan Sasuke semakin menyia-nyiakan hidupnya dengan melanjutkan dendamnya atas sugesti Madara Uchiha secara tak langsung. Bukannya melanjutkan tekad Itachi yang sudah berkorban untuknya.

Benar-benar orang yang mudah terpancing!
SASUKE ITU LABIL!

Sasuke itu L2 (Lemah)

Sasuke paling menderita di antara chara lain di Naruto Shippuden?

Yang benar saja?!

Itachi juga menderita. Dia dihadapkan pilihan sulit yakni mewujudkan perdamaian dunia shinobi dengan SATU-SATUNYA cara yaitu menghabisi klan Uchiha, klannya sendiri, keluarganya sendiri. Ia dicap pengkhianat klan, dan membunuh dirinya sendiri dengan tidak hormat di mata dunia. Belum lagi menanggung kebencian Sasuke seumur hidup. Dan terbukti, dia sakit-sakitan menanggung penderitaan itu. Tapi dia mencoba KUAT dengan minum obat-obatan yang menyokong hidupnya agar suatu saat bertemu Sasuke untuk memuaskan hasrat membalas dendam adik tololnya itu. Bahkan ia memberikan seluruh kekuatannya untuk sang adik tersayang di akhir-akhir hidupnya.

Naruto pun tak kalah menderita. Terlahir ke dunia tanpa mengetahui orangtua kandung, dibenci dan dijauhi penduduk desa lantaran dalam tubuhnya bersemayam sesosok Jinchuriki. Belum lagi saat dewasa mengetahui kenyataan kematian sang guru Jiraiya dan orangtua Minato-Kushina. Tapi seperti halnya Itachi, Naruto adalah seseorang yang KUAT. Dia tetap tersenyum dan perlahan-lahan menghapus kesedihannya. Dia menjadikan masa lalu sebagai batu loncatan masa depan. Dan terbukti, prestasinya di dunia Shinobi telah mampu membuat semua orang berdecak kagum. Bahkan ditengah perjuangannya mewujudkan perdamaian dunia, dia masih berkeinginan menyelamatkan Sasuke, sang sahabat yang telah menjadi penjahat kelas kakap yang mengancam perdamaian dunia.

Semuanya pernah menderita. Dan semuanya mengalami PERUBAHAN karena penderitaan itu. Orang yang mampu mengalahkan kepedihan/penderitaan dan berubah baik karenanya adalah ORANG KUAT. Sedangkan orang yang terpuruk dalam kepedihan/penderitaan dan menjadi pengutuk ketidakadilan karenanya adalah ORANG LEMAH.

Sasuke selalu terpaku masa lalu yang diwarnai kepedihan/penderitaan. Itu artinya ia tidak bisa mengalahkan kepedihan/penderitaan itu. Jadi jelas SASUKE ITU LEMAH!

Sasuke itu L3 (Lebay)

Setelah mengetahui kenyataan sesungguhnya tentang sang kakak melalui Madara Uchiha, seharusnya Sasuke sudah bisa menentukan jalannya.
Seharusnya, dengan kejeniusan yang dimiliki, ia bisa berpikir rasional.

Tapi KENYATAANNYA, ia tetap terbawa emosi. Dia terus terpaku masalalu dan mendaur ulangnya agar semua orang merasakan kepedihan/kesedihan seperti yang ia rasakan. Dengan kata lain BALAS DENDAM!

Itu artinya dia tidak sanggup menderita sendiri, dia terlalu lemah menanggung penderitaan sendiri, meratapi nasib seolah-olah paling menderita sendiri. Padahal tidak hanya dia yang menderita, tapi hanya dia yang LEBAY mendramatisir penderitaan, hingga menyusun DRAMA pembalasan dendam dendam yang sungguh KONYOL!

Betapa banyak orang yang menjadi korban Drama konyolnya itu. Sakura yang selalu mencintainya, guru Kakashi yang merasa gagal menjadi guru, teman-teman di Konoha yang harus bersilang pendapat memperdebatkannya, dan yang paling dibuat menderita siapa lagi kalau bukan NARUTO!

Hingga saat semua orang berdiri sebagai eksekutor kematiannya, HANYA Naruto yang berdiri sebagai PEMBELANYA. Naruto bahkan mau menanggung kebenciannya, mau menerima dendamnya, mau melakukan apapun agar dia kembali!

Tapi apa yang dilakukan Sasuke?

Dengan lebay-nya dia menyeringai menanggapi pengorbanan Naruto! Saya seperti menonton ROMAN PICISAN di sini.
Dimana seorang cewek dengan lebay-nya menolak pengorbanan cowok yang mencintainya dengan tulus.

Haruskah Naruto membuat seribu candi untuk Sasuke seperti halnya Bandung Bandawasa yang membuatkan seribu candi untuk Roro Jonggrang? Atau haruskah Naruto membandung Valley of The End demi membawa kembali Sasuke, seperti halnya Sangkuriang yang membendung sungai Citarum demi menikahi Dewi Sumbi?

Lebay!

Yeah itulah Sasuke. Orang yang menyebabkan segala ke-lebay-an dunia Shinobi. Dimulai dari dendamnya, kepergian ke tempat Orocimaru, dilema Sakura dan janji seumur hidup Naruto, pengorbanan Karin, Sakura, Naruto dan para shinobi lainnya.

Sungguh SASUKE ITU LEBAY!

Saya sengaja menulis ini. Memang saya menyetujui opininya, tetapi hal itu disebabkan karena jika dipikirkan lagi, pendapatnya memang benar.  Terkesan, sayang sekali, Sasuke yang tampan, kok, bisa ditipu-tipu orang lain, ya? Saya memang penggemar Sasuke, masih menggemarinya hingga sekarang, tetapi tidak maniak benar, seperti dahulu ketika saya pertama kali menonton anime ini.

Mohon maaf jika ada kata-kata yang menyinggung, ya! Saya menyadari kelak akan ada perbedaan pendapat dalam hal ini, dan saya harap hal ini tidak memicu masalah besar. Toh, sejak awal tokoh ini, ya… tokoh fiksi, kan? Masak gara-gara perbedaan pendapat tentang tokoh fiksi malah jadi ribut tujuh turunan? Hehehe…

See you later, readers!!

MotoGP Sepang Dihentikan, Seorang Pembalap Berpulang ke HaribaanNya

Mungkin para pembaca sudah mengetahui dan mungkin tidak menyangka bahwa MotoGP yang diselenggarakan di Sepang, Malaysia pada Minggu, 23 Oktober 2011 berakhir naas, karena akhirnya salah seorang pembalap akhirnya harus kembali kepada Dia yang telah menciptakan jagad raya ini. Yep, nama pembalap itu Marco Simoncelli.

Sejujurnya, saya terlambat mengetahui hal ini – saya baru mengetahui ini sehari setelahnya – karena saya tidak begitu mengikuti MotoGP. Tetapi sejujurnya, saat saya sempat menonton Moto2 yang disiarkan salah satu stasiun TV swasta Indonesia (ditayangkan sebelum MotoGP), entah kenapa tiba-tiba saya berpikir: “Bagaimana, ya, kalau pembalap ini jatuh dan kehilangan nyawa?” Dan sungguh, saya menyesal berpikir demikian. Jadi, berhati-hatilah saat berpikir dan berucap, karena itu semua bisa menjadi sebuah doa yang baik atau malah mencelakakan.

Momen paling fatal dalam kecelakaan yang menewaskan Simoncelli (Sumber: Yahoo! Indonesia)

Momen paling fatal dalam kecelakaan yang menewaskan Simoncelli (Sumber: Yahoo! Indonesia)

Saya sempat menyayangkan hal ini, karena umurnya masih terbilang muda. Tetapi toh saya menyadari, semua itu memang sudah kehendak Sang Pencipta. Sebuah putusan yang tak akan sanggup diubah manusia, sehebat apapun ia berusaha melawan itu.

Foto mengenai kecelakaan Simoncelli (Yahoo! version) dapat dilihat di sini.

Saya pikir, saya tidak usah memberi link banyak-banyak, ya? Toh, berita ini juga sudah diketahui Mbah  Google.

Kini, saya hanya bisa mendoakan keluarga besar, rekan-rekan, dan para penggemar yang mencintainya agar tetap tegar dan mengikhlaskan kepergiannya. Sambil berharap agar tidak ada lagi Simoncelli kedua.

May God bless you, readers! See you next time!

Drama Asia: Winter Sonata

Adegan dibuka oleh gadis bernama Jung Yoo-jin yang berlari mengejar bis sekolah. Dijalan, ia bertemu dengan sahabat masa kecilnya Sang-hyuk. Mereka akhirnya berhasil mencegat bis penuh sesak tersebut, namun hanya Yoo-jin yang berhasil masuk dalam posisi terjepit.
Setelah sepi, Yoo-jin akhirnya duduk disamping seorang siswa misterius bernama Kang Joon-sang. Tanpa sadar, kepalanya bersandar pada pundak pria itu. Kejadian inilah yang mengawali perkenalan keduanya. Ternyata, Joon-sang adalah murid baru dari sekolah yang sama.
Karena terlambat, keduanya dihukum oleh guru sekolah galak yang terkenal dengan julukan si Bunglon. Sifat Joon-sang yang pendiam membuatnya jadi pembicaraan para siswi wanita, namun yang paling bernafsu adalah Oh Chae-lin yang langsung menjadikan pria itu sebagai sasaran utama. Namun, usahanya mendekati Joon-sang mendapat tanggapan dingin.
Di sekolah, Joon-sang akhirnya bergabung dengan klub radio sekolah berkat bujukan dari Yoo-jin. Sang-hyuk yang berusaha menyodorkan persahabatan ditolak dengan dingin olehnya, dan menjadi awal persaingan keduanya kelak. Meski pendiam, Joon-sang ternyata memiliki banyak keahlian, yang dibuktikannya ketika membetulkan radio sekolah saat rusak.
Joon-sang ternyata menyimpan masa lalu yang misterius, tujuannya pindah dari Seoul adalah mencari siapa ayah kandung yang selama ini dirahasiakan ibunya. Satu-satunya petunjuk adalah sobekan foto lama sang ibu yang diapit oleh dua orang pria sahabatnya, salah satunya ternyata adalah ayah Sang-hyuk.
Keesokan harinya, Yoo-jin lagi-lagi terlambat masuk sekolah. Kali ini, ia tidak ingin dihukum lagi oleh si Bunglon dan bersama Joon-sang, memutuskan untuk menyelinap masuk dengan memanjat tembok sekolah. Kejadian tersebut membuat hubungan keduanya berubah untuk selamanya. Sebelum pergi dengan muka merah, Yoo-jin mengingatkan supaya Joon-sang tidak telat untuk siaran siang.
Ternyata Joon-sang tidak datang tepat waktu, sehingga Yoo-jin sangat kesal dan mengungkapkannya secara live-broadcast. Saat tiba di studio, Joon-sang tersenyum melihat Yoo-jin menari-nari sendiri diiringi lagu Dancing Queen. Begitu melihat Joon-sang, Yoo-jin langsung terjatuh saking malunya.
Keesokan harinya di sekolah, Joon-sang dan Yoo-jin diolok-olok oleh teman-teman sekelas karena mereka sama-sama memakai plester untuk menutup luka-luka yang mereka alami semalam sebelumnya, diiringi oleh wajah masam Chae-lim dan pandangan aneh Sang-hyuk.
Untuk membalas kebaikan Joon-sang, Yoo-jin menawarkan diri untuk mengajari pria itu bagaimana bermain piano tanpa tahu kalau Joon-sang sudah sangat mahir. Di ruang musik, kepandaian Joon-sang memainkan jarinya di tuts piano mempesona Yoo-jin, dan lagu The First Time menjadi lagu tak terlupakan bagi mereka berdua.
Melihat Sang-hyuk melalui jendela ruangan, mendadak Joon-sang mengajak Yoo-jin meninggalkan sekolah dan menghabiskan hari itu di sebuah tepi danau yang indah. Disana, Joon-sang dan Yoo-jin bersepeda dibawah suasana daun-daun yang berguguran. Untuk pertama kalinya pula, Yoo-jin membiarkan seorang pria memegang tangannya.
Seperti yang sudah bisa ditebak, keesokan harinya mereka berdua langsung dihukum oleh si Bunglon untuk membersihkan daun-daun di halaman sekolah selama satu bulan. Di ruang siaran, Joon-sang membawa piringan hitam berisi lagu The First Time yang disukai keduanya. Saat itu, Joon-sang mengajak Yoo-jin kencan pada malam minggu, yang langsung diiyakan.
Curiga dengan gerak-gerik Joon-sang, Sang-hyuk membuntuti rekan sekelasnya tersebut dan mendapatinya bertemu dengan sang ayah. Keesokan harinya, Sang-hyuk langsung menghardik Joon-sang dan menuduhnya mendekati Yoo-jin hanya untuk membuatnya kesal. Tepat saat Joon-sang mengiyakan, Yoo-jin masuk dan mendengar semuanya.
Kejadian tersebut membuat hubungan keduanya langsung memburuk, dan kencan pertama yang diidamkan gagal total. Sebagai gantinya, klub radio sekolah mengadakan kemping yang diikuti oleh keenam anggotanya termasuk Yoo-jin. Joon-sang yang semula menolak ikut akhirnya muncul pada saat terakhir.
Yoo-jin akhirnya berhasil ditemukan oleh Joon-sang, sementara Sang-hyuk kembali dengan tangan kosong. Di tengah suasana rimba, Joon-sang memberitahu Yoo-jin tentang bintang Polaris dan mengingatkan supaya setiap kali tersesat didalam hutan, carilah selalu bintang Polaris yang tidak pernah berpindah tempat. Keduanyapun kembali berbaikan.
Saat membersihkan halaman beberapa waktu kemudian, Yoo-jin menceritakan pada Joon-sang tentang apa yang dilakukannya saat musim dingin tahun lalu. Sementara itu Joon-sang mengungkapkan bahwa saat salju pertama jatuh tahun ini, ia akan berkencan dengan seorang gadis.
Tepat saat musim salju tiba, Yoo-jin teringat akan ucapan Joon-sang dan langsung menyusul Joon-sang ditepi danau yang mulai membeku. Keduanya dengan gembira bermain di tengah salju, dan membuat orang-orangan. Di tepi danau itu pula, untuk pertama kalinya Joon-sang dan Yoo-jin berciuman.
Joon-sang mengantar Yoo-jin sampai didepan rumahnya, dan dititipkan sepasang sarung tangan sambil mengatakan supaya Joon-sang mengembalikannya saat mereka bertemu lagi pada malam Tahun Baru. Tidak hanya itu, Yoo-jin juga mengundangnya masuk untuk makan malam bersama.
Saat sedang melihat-lihat foto, Joon-sang terkejut melihat foto ibunya yang sedang bergandengan dengan ayah Yoo-jin. Ia mengira kalau itulah ayah kandungnya, dan langsung lari keluar rumah dengan perasaan hancur. Joon-sang langsung menyetujui tawaran ibunya untuk bersekolah di luar negeri tanpa berpamitan lebih dulu dengan Yoo-jin.
Saat menuju bandara, Joon-sang yang merogoh kantong jasnya tiba-tiba teringat akan janjinya mengembalikan sarung tangan milik Yoo-jin. Ia langsung turun dari taksi dan berlari ke tempat Yoo-jin menunggu. Saat sedang menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah truk melintas dengan kencang. Ingatan terakhir pria itu adalah Yoo-jin yang sangat dicintainya……
Chae-lim sama sekali tidak tahu betapa menderitanya Yoo-jin. Saat tiba dirumah, ia menerima hadiah Natal yang datang terlambat dari Joon-sang. Isi kado tersebut ternyata adalah kaset berisi rekaman lagu The First Time yang dimainkan oleh Joon-sang sendiri disertai ucapan selamat Natal. Begitu mendengar lagu tersebut, pertahanannya langsung jebol dan menangis sesunggukan.
Tak terasa, sepuluh tahun telah berlalu sejak peristiwa tragis itu. Yoo-jin yang telah menjadi arsitek membuka perusahaan konsultan bernama Polaris, sahabatnya Kong Jin-suk yang belum bekerja tinggal bersamanya dalam sebuah kamar. Ia juga bertunangan dengan Sang-hyuk yang bekerja di sebuah stasiun radio, sementara sahabatnya Kwon Yong-yuk menjadi seorang dokter hewan.
Perusahaan Yoo-jin terlibat sebuah proyek tempat ski bersama perusahaan Marcian, yang baru saja kedatangan bos baru. Saat berkunjung ke kantor perusahaan tersebut, Yoo-jin memungut sebuah puzzle yang terjatuh. Malamnya, Yoo-jin kembali terlambat datang ke pesta pertunangan yang ditujukan untuknya dan Sang-hyuk.
Saat sedang berjalan terburu-buru, ia terkejut setengah mati melihat pemandangan dihadapannya. Seorang pria berkacamata nampak berjalan kearahnya dengan senyum mengembang sambil menyaksikan hujan salju yang turun, wajah pria itu sangat mirip dengan Joon-sang. Yoo-jin langsung lupa akan tujuannya semula, dan menghabiskan malam itu untuk mengejar pria tersebut.
Semua yang sudah hadir di pesta pertunangan sudah pulang ketika Yoo-jin tiba di tempat itu dalam keadaan lesu. Ibu Sang-hyuk yang marah langsung pergi, dan tak lama kemudian Yoo-jin langsung pingsan. Saat sadar, ibunya memarahi dan menyuruhnya untuk datang ke rumah Sang-hyuk dan minta maaf.
Permintaan maaf tersebut nyatanya tidak bisa diterima begitu saja oleh ibu Sang-hyuk, namun pria itu maklum dengan keadaan Yoo-jin dan sama sekali tidak menanyakan apa yang terjadi malam itu. Saat tiba di rumah, Yoo-jin mendengarkan kaset pemberian Joon-sang 10 tahun silam dan mulai mencorat-coret kertas. Kertas tersebut akhirnya ditemukan secara tidak sengaja oleh Sang-hyuk.
Semua terutama Yoo-jin terdiam ketika mendengar alunan lagu The First Time yang diputar di ruangan siaran. Keheningan tersebut pecah oleh suara ketukan pintu, yang diikuti oleh kemunculan seorang pria yang langsung membuat semuanya terkejut. Pria itu sangat mirip dengan Joon-sang yang telah tewas sepuluh tahun silam.
Tersenyum senang melihat keterkejutan mereka, Chae-lim memperkenalkan pria itu sebagai pacarnya yang bernama Lee Min-hyeong. Semuanya hanya bisa menatap kosong ketika pria itu memperkenalkan dirinya, yang kemudian digandeng Chae-lim yang berpamitan.
Pukulan bagi Yoo-jin tidak hanya sampai disitu. Ketika kembali ke kantor kliennya Marcian, ia melihat lukisan dengan satu puzzle yang hilang. Ia teringat dengan puzzle yang ditemukannya, dan langsung memasangkannya ke lukisan tersebut. Mendadak Min-hyeong muncul dari arah belakang, pria itu ternyata adalah direktur Marcian yang baru.
Pertemuannya kembali dengan Min-hyeong membuat Yoo-jin sangat terpukul, tangannya tak henti bergetar dan matanya tidak bisa melepaskan pandangan dari pria itu. Sadar kalau dirinya diperhatikan, sambil bercanda Min-hyeong bertanya apakah menatap seorang asing adalah kebiasaan Yoo-jin. Gadis itu langsung berlari keluar sambil mengucurkan air mata.
Yoo-jin langsung berinisiatif menemui Chae-lim untuk menanyakan tentang Min-hyeong, yang dijawab dengan ketus bahwa ia sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Joon-sang. Setelah kejadian tersebut, Yoo-jin berusaha menghindar dari Min-hyeong, namun yang terjadi malah sebaliknya.
Proposal yang diajukan Polaris akhirnya disetujui oleh pihak Marcian, namun dengan syarat bahwa Yoo-jin ditunjuk sebagai pimpinan proyek tersebut. Dengan berat hati, Yoo-jin akhirnya menyetujui permintaan tersebut.
Saat malam tiba, Min-hyeong dan Yoo-jin mendatangi rumah kosong yang rencananya akan dijadikan restoran bagi tempat peristirahatan musim dingin yang sedang dibangun. Saat menyalakan api, pria itu sambil berkelakar mengatakan itulah pertama kalinya dirinya tidak disukai seorang wanita.
Ucapan tersebut langsung menusuk hati Yoo-jin, yang selalu membayangkan Joon-sang setiap kali menatap Min-hyeong. Dengan suara terbata-bata, ia terus menanyakan benarkah atasannya tersebut sama sekali tidak pernah menginjakkan kakinya di Korea. Obrolan mereka terputus oleh kehadiran Chae-lim.
Ketiganya akhirnya berpisah, Min-hyeong pulang bersama Chae-lim. Saat mereka berdua di bar, dengan akal bulusnya gadis tersebut meminta Min-hyeong untuk berhati-hati dengan Yoo-jin, karena ia dianggap berpura-pura baik untuk memikat pria itu. Sementara itu, Sang-hyuk mendapat bukti bahwa Yoo-jin tidak sepenuhnya jujur.
Saat gadis itu tiba, Sang-hyuk mengajaknya untuk meluangkan waktu sehari untuk mereka berdua. Sayangnya, rencana mereka untuk menonton bioskop keesokan harinya gagal karena semua tiket habis. Keadaan semakin runyam saat keduanya bertemu dengan pegawai Marcian.
Di perjalanan pulang, Sang-hyuk menanyakan apakah Yoo-jin menyimpan sesuatu darinya, yang langsung dibantah. Namun rahasia tersebut tidak bertahan lama, Chae-lim mendatangi kantor Sang-hyuk dan meminta waktu untuk makan malam bersama. Saat acara tersebut, ia dengan sengaja membeberkan bahwa Yoo-jin dan Min-hyeong bekerja sama dalam sebuah proyek.
Tidak hanya itu, sambil mencucurkan air mata di perjalan pulang, Chae-lim mengatakan bahwa Yoo-jin sejak masa sekolah selalu mencuri pria-pria yang disukainya. Perkataannya sudah tentu membuat Min-hyeong merasa bingung. Di tempat lain, kemarahan Sang-hyuk membuat Yoo-jin berpikir untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya.
Keputusan tersebut sudah tentu mengejutkan Chae-lim, yang sama sekali tidak menduga Sang-hyuk akan berkata seperti itu. Namun ia tidak menyerah, strategi berikutnya adalah merekrut Jin-suk sebagai pegawai dengan harapan bisa mengorek tentang kegiatan Yoo-jin.
Jin-suk yang polos tidak mengetahui akal bulus Chae-lim tersebut, dan langsung meluapkan kegembiraannya dengan mengajak tiga sekawan untuk makan malam bersama. Dalam keadaan mabuk, ia berteriak-teriak dan meminta supaya Yoo-jin tidak meneruskan kerjanya bersama Min-hyeong.
Keesokan harinya, Marcian berencana mengadakan pesta. Dengan sengaja, Chae-lim memberi Hin-suk pakaian yang diberikan Min-hyeong kepadanya, sementara ia sendiri juga mengenakan pakaian yang sama pada saat pesta. Min-hyeong begitu terkejut saat Yoo-jin muncul, ia mulai percaya pada perkataan Chae-lim.
Kecurigaan tersebut semakin kentara setelah Min-hyeong melihat foto hasil jepretan Yoo-jin yang sebagian besar ternyata berisi gambar dirinya. Dalam kegalauannya, Min-hyeong mengiyakan ajakan seniornya untuk minum di pub. Dasar nasib, disana ia malah bertemu Yoo-jin dan seniornya.
Obrolan keempatnya berlangsung seru, dan akhirnya mereka bermain putar botol, orang yang duduknya sesuai dengan arah kepala botol diminta untuk menceritakan tentang kehidupan cinta mereka atau minum satu gelas. Saat kena giliran, Yoo-jin menolak untuk buka mulut.
Penolakan tersebut langsung disambut oleh sindiran Min-hyeong yang menyebut kisah cinta Yoo-jin mungkin terlalu banyak untuk disebut satu-persatu. Yoo-jin akhirnya mabuk berat, dan terus meracau dengan menanyakan hal-hal yang pernah ditanyakannya pada Joon-sang sepuluh tahun silam. Tidak hanya itu, Min-hyong juga disebut mirip dengan Joon-sang.
Mabuk Yoo-jin mendadak hilang saat melihat dengan samar-samar Min-hyeong melepas kacamatanya, sehingga sosoknya serupa dengan Joon-sang. Ia langsung memanggil pria itu mendekat, dan terus memanggil-manggil nama Joon-sang. Begitu Yoo-jin memeluknya, Min-hyeong langsung teringat dengan perkataan Chae-lim.
Saat keduanya nyaris berciuman, Min-hyeong langsung mengucapkan perkataan yang membuat Yoo-jin sakit hati. Rupanya, pria tersebut menganggap hal itu hanyalah salah satu akal bulus Yoo-jin untuk mendekatinya. Gadis itu langsung berlari meninggalkan apartemen Min-hyeong dengan berurai air mata.
Di restoran tempat peristirahatan musim dingin, Min-hyeong yang sedang diramal memperoleh kartu Wheel of Fortune di tiga kesempatannya. wanita yang meramal menyebutkan bahwa jodoh pria itu adalah wanita yang memiliki kartu yang sama. Min-hyeong tentu saja tidak mempercayai ucapan wanita itu.
Ia berusaha mengorek masa lalu Yoo-jin melalui senior gadis itu, dan menyebutkan kalau Yoo-jin pastilah seorang wanita yang telah memiliki banyak pacar. Ucapan tersebut dimentahkan oleh keterangan sang senior, yang menyebut Yoo-jin sebagai gadis yang setia dan tidak pernah berganti pacar. Min-hyeong kembali bingung.
Saat makan malam, salah seorang pekerja di tempat peristirahatan berulah dengan menyebut dirinya tidak sudi diperintah oleh gadis muda seperti Yoo-jin. Hal tersebut ternyata hanya lelucon belaka, pria setengah baya tersebut telah mengenal Yoo-jin sejak lama. Dari pria itu pula Min-hyeong mengetahui kalau Yoo-jin tidak kuat minum.
Belakangan, Marcian memutuskan untuk memecat pria tua itu karena nyaris menyebabkan kebakaran. Yoo-jin yang tidak setuju langsung menghadap Min-hyeong, dan keduanya berdebat. Yoo-jin memberi alasan bahwa pria itu mabuk karena hari tersebut adalah perayaan ulang tahun kematian istrinya, namun Min-hyeong tidak setuju hal tersebut digunakan sebagai alasan.
Min-hyeong menyebut bahwa hadiah terbaik bagi orang yang telah meninggal adalah melupakannya, sementara Yoo-jin menyebut bahwa Min-hyeong sama sekali belum pernah merasakan cinta sejati sehingga tidak tahu penderitaan pria tua itu. Di kamar, mereka memikirkan perkataan masing-masing.
Saat mendatangi butik, tanpa sengaja Min-hyeong menguping pembicaraan Jin-suk dan Chae-lim dan mendengar tentang Joon-sang. Sat Chae-lim pergi, ia muncul dan menanyakan pada Jin-suk tentang Joon-sang. Ternyata, selama ini Yoo-jin tidak berbohong. Belakangan, Chae-lim tahu kalau Min-hyeong sudah mengetahui kebohongannya karena kepolosan Jin-suk. Di hotel, Min-hyeong yang ingin minta maaf pada Yoo-jin mengurungkan niatnya karena melihat gadis tersebut sedang dikunjungi tunangannya Sang-hyuk.
Keesokan harinya, ia kembali bertemu Yoo-jin, yang berterima kasih karena Min-hyeong tidak jadi memecat pekerjanya. Saat beranjak pergi, Yoo-jin menjatuhkan kartu tarot yang disimpannya. Min-hyeong yang memungut kartu tersebut terkejut saat melihat gambarnya, dan bertepatan dengan itu, balok yang berada didekatnya jatuh. Tanpa pikir panjang, Yoo-jin langsung mendorongnya.
Kejadian tersebut membuat Yoo-jin terluka dan tidak sadarkan diri sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Begitu mendengar berita tersebut, Sang-hyuk langsung ke rumah sakit dan nyaris saja memukul Min-hyeong yang dianggap sebagai biang keladi kejadian yang menimpa Yoo-jin, namun belakangan ia minta maaf.
Di hotel, Min-hyeong dengan penuh rasa kecewa menanyakan pada Chae-lim alasannya menceritakan hal-hal buruk tentang Yoo-jin. Permintaan maaf gadis itu tidak dihiraukan Min-hyeong, yang meminta Chae-lim tidak menemuinya lagi. Saat Yoo-jin keluar dari rumah sakit, Mi-hyeong langsung menyambutnya dengan karangan bunga.
Keduanya langsung pergi dengan mobil, namun di tengah perjalanan mobil tersebut berhenti. Di sebuah taman, Min-hyeong meminta maaf karena telah sangka dengan Yoo-jin dan menawarkan supaya keduanya berkenalan dari awal untuk menghapus semua salah paham. Ia juga meminta Yoo-jin untuk tidak lagi menganggapnya sebagai Joon-sang.
Sang-hyuk bertindak nekat dan meminta kedua orangtuanya untuk mempercepat pernikahannya dengan Yoo-jin. Sang ibu tentu saja tidak setuju, namun keberatan tersebut tidak dihiraukan. Tidak hanya itu, Sang-hyuk juga mengusulkan supaya stasiun radio tempatnya bekerja mengadakan acara di tempat Yoo-jin bekerja. Alasannya, apalagi supaya ia bisa berdekatan dengan tunangannya.
Keduanya disambut oleh adik Yoo-jin, yang langsung menyangka Min-hyeong sebagai Joon-sang. Saat Yoo-jin kekamar ibunya, Min-hyeong menanyakan seputar kenangan dengan Joon-sang pada adiknya. Dari situ ia tahu tentang danau yang pernah jadi saksi kebersamaan Yoo-jin dan Joon Sang.
Saat perjalanan pulang, mendadak Min-hyeong membelokkan mobilnya ke daerah danau tersebut dan mengajak Yoo-jin berjalan-jalan di hutan. Kenangan terhadap Joon-sang kembali muncul, sayang kali ini yang ada disebelahnya adalah Min-hyeong. Yoo-jin berusaha menyembunyikan air matanya dengan topi dari jaket yang dipakainya.
Saat berjalan bersama, Yoo-jin menceritakan tentang kisah pria yang tinggal di dunia bayangan yang didengarnya dari Joon-sang. Min-hyeong mengajak Yoo-jin ke tepi danau, dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan gadis itu sama dengan pria yang tinggal di dunia bayangan tersebut.
Kejadian yang mereka alami bersama membuat Min-hyeong mulai jatuh cinta pada Yoo-jin. Saat berada di dekat sebuah piano, tanpa sadar jari-jarinya mulai menekan tuts dan memainkan lagu The First Time, padahal ia sebenarnya tidak pernah bermain piano.
Keesokan harinya, Yoo-jin dan Min-hyeong melakukan inspeksi ke tempat peristirahatan musim dingin yang sedang dibangun. Saat hendak pulang, kereta gantung yang mereka tumpangi tidak beroperasi karena cuaca buruk sehingga keduanya harus menginap. Di dalam sebuah ruangan, Yoo-jin perlahan mencopot kaca mata Min-hyeong yang tertidur.
Min-hyeong langsung terbangun dan meminta Yoo-jin untuk tidak lagi mencintai pria yang sudah meninggal. Saat ditanya kenapa, dengan tegas pria itu menjawab kalau dirinya telah mencintai Yoo-jin. Ucapan tersebut membuat Yoo-jin kaget, dan langsung keluar ruangan menembus cuaca buruk.
Min-hyeong yang terus menunggu mulai kuatir dan memutuskan untuk menyusul Yoo-jin. Setelah kesana-kemari tidak mendapatkan hasil, ia menemukan Yoo-jin tertidur di sudut ruangan lain. Paginya di luar, Min-hyeong menanyakan siapa pria yang dicintai Yoo-jin bertepatan dengan munculnya Sang-hyuk.
Di Seoul, Yoo-jin berhasil menemukan Sang-hyuk di tempat kerjanya. Ia berusaha membujuk tunangannya tersebut, namun Sang-hyuk masih kesal dan tidak memperdulikan ajakan untuk makan malam. Belakangan, Sang-hyuk menyesal dan berbicara di telepon genggamnya untuk minta maaf dan menyatakan senang bisa bertemu Yoo-jin.
Di tempat ski, Yoo-jin berbohong dan mengatakan kalau dirinya telah berbaikan kepada Min-hyeong. Namun ekspresi wajahnya tidak bisa ditutupi, Min-hyeong langsung mengajaknya ke lapangan terbuka dan meminta Yoo-jin untuk melepaskan kesedihannya disana. Saat Min-hyeong pergi, air mata Yoo-jin langsung berderai.
Dikantornya, Min-hyeong mengatakan pada Chae-lim bahwa hubungan mereka telah berakhir. Meski telah memohon, namun pria itu tetap pada keputusannya. Chae-lim mendatangi rumah orang tua Sang-hyuk dan mengatakan bahwa anak mereka mulai kuatir dengan hubungan antara Yoo-jin dengan Min-hyeong.
Saat diundang makan malam bersama keluarga, Yoo-jin disambut oleh sikap dingin ibu Sang-hyuk, yang menanyakan seputar gosip hubungannya dengan Min-hyeong. Sang-hyuk langsung membela Yoo-jin, dan dibalas oleh tamparan dari ibunya. Dengan perasaan kesal, ia langsung pergi meninggalkan rumah bersama Yoo-jin.
Sang-hyuk memesan kamar di sebuah hotel, dan meminta Yoo-jin menemaninya. Saat tunangannya ke kamar mandi, mendadak telepon genggam gadis itu berbunyi. Melihat yang menelepon Min-hyeong, Sang-hyuk langsung marah-marah. Yoo-jin yang belakangan muncul tidak suka dengan sikapnya, dan berusaha keluar. Namun Sang-hyuk dengan kasar langsung menciumnya.
Dari Seoul, Min-hyeong kembali mengemudikan mobilnya menuju ke tempat ski es dengan Yoo-jin tertidur lelap disampingnya. Tindakannya mengelus rambut Yoo-jin membuat gadis itu terbangun. Saat Min-hyeong membeli kopi, Yoo-jin telah pergi dan meninggalkan sepucuk surat ucapan terima kasih.
Keesokan malamnya, Yoo-jin berjalan-jalan di lapangan sambil memikirkan perasaannya terhadap Min-hyeong. Diam-diam, Min-hyeong mendekatinya sambil memasangkan syal kepada gadis itu. Awalnya Yoo-jin menolak, namun Min-hyeong tetap memaksa sambil mengingatkan bahwa setiap orang harus mengambil keputusan penting dalam hidupnya.
Yoo-jin akhirnya bertemu kembali dengan Sang-hyuk di sebuah kedai kopi, dan disana ia menyatakan keinginannya untuk membatalkan pertunangan mereka. Ia berharap supaya hubungan keduanya bisa seperti masa lalu yaitu sebagai teman, yang langsung ditolak oleh Sang-hyuk, yang balik menuduh bahwa semua itu disebabkan oleh Min-hyeong.
Setelah berpikir lama, Yoo-jin menemui Min-hyeong untuk menjelaskan keputusan yang telah diambilnya. Ia tidak ingin menjalin hubungan khusus dengan Min-hyeong dan Sang-hyuk karena hal itu hanya akan menyakiti keduanya, keputusan yang ditentang Min-hyeong yang menyebut hal tersebut sebagai pertanda pasrah.
Sang-hyuk yang sedang mempersiapkan acara untuk stasiun radionya datang ke tempat ski es untuk menemui Min-hyeong, dan memberitahu bahwa Yoo-jin tidak akan meninggalkannya. Kedua pria ini mulai bersaing memperebutkan hati Yoojin, namun di depan orang Sang-hyuk berpura-pura bahwa hubungannya dengan sang tunangan baik-baik saja, bahkan mereka berencana untuk menikah.
Di luar ruangan, Yoo-jin menjelaskan bahwa dirinya tetap tidak ingin menikah namun Sang-hyuk tidak perduli lagi. Saat keduanya bertengkar, Min-hyeong mendadak muncul dan meminta Sang-hyuk untuk tidak mengganggu Yoo-jin lagi. Tidak hanya itu, ia meminta Yoo-jin untuk pergi lebih dulu dari tempat itu.
Ucapan tersebut membuat Sang-hyuk marah, dan langsung mencengkram kerah baju Min-hyeong. Bukannya takut, pria itu malah menantang Sang-hyuk dengan kata-kata yang sangat mirip diucapkan Joon-sang sepuluh tahun silam saat keduanya nyaris bertengkar di lapangan voli.
Orang tua Sang-hyuk akhirnya tiba di lokasi ski es dan terkejut melihat Min-hyeong, ayahnya malah mengira pria itu sebagai Joon-sang. Saat konser dimulai, ibu Sang-hyuk keluar untuk mengambil dompetnya yang tertinggal. Di luar, ia melihat Yoo-jin mengikatkan syal ke leher Min-hyeong.
Konser di tempat ski es berlangsung sukses. Yoo-jin yang berusaha menyelinap keluar mendadak dipanggil ke tengah panggung bersama Sang-hyuk. Disana, pria itu mengumumkan akan menikahi Yoo-jin dalam kurun waktu sebulan, yang langsung disambut oleh tepuk tangan hadirin.
Setelah acara tersebut, keluarga Yoo-jin dan Sang-hyuk berkumpul untuk membicarakan pengumuman mengejutkan tersebut. Ibu Sang-hyuk tetap bersikeras tidak ingin menikahkan anaknya dengan Yoo-jin, dan balik bertanya apakah gadis itu benar-benar mencintai anaknya.
Dari arah belakang, Min-hyeong muncul dan meminta supaya wanita setengah baya tersebut tidak memarahi Yoo-jin. Keadaan mulai panas, Sang-hyuk mulai naik pitam dan Yoo-jin menangis. Ia akhirnya menyatakan bahwa dirinya tidak bisa menikahi Sang-hyuk, dan langsung berlari keluar.
Min-hyeong langsung mengejarnya, disusul Sang-hyuk. Sayang, ia terlambat karena Yoo-jin telah naik mobil bersama Min-hyeong dan melaju ke sebuah tempat yang ternyata adalah rumah pria itu. Saat membuka pintu rumah, ia terkejut melihat ibunya Kang Mi-hee ada didalam.
Saat mengobrol, Min-hyeong menceritakan pada Yoo-jin tentang sebuah sungai yang terletak tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Mi-hee langsung mengingatkan anaknya supaya tidak dekat-dekat dengan lokasi tersebut, karena dirinya pernah nyaris tenggelam disana. Padahal seingat Min-hyeong, kejadian tersebut terjadi saat dirinya baru berusia 7 tahun di Amerika sana.
Begitu masuk kedalam, Yoo-jin telah disambut oleh sang ibu yang telah menunggu di kursi. Wanita setengah baya itu mengingatkan putrinya bahwa Sang-hyuk adalah seorang pria yang baik dan tidak sepantasnya Yoo-jin memperlakukannya seperti itu.
Dengan berat hati, Yoo-jin mengatakan bahwa ia tidak mencintai Sang-hyuk. Hal itu membuat ibunya kecewa dan marah, kemudian memutuskan untuk meninggalkan apartemen anaknya. Belakangan, giliran Sang-hyuk yang disertai Jin-suk dan Yong-kuk datang meminta penjelasan dari Yoo-jin. Pria itu juga bertanya apa yang membuatnya bisa jatuh cinta pada Min-hyeong.
Tiba-tiba Yoo-jin teringat dengan ucapan Min-hyeong sebelumnya yang mengatakan bahwa mencintai seseorang tidak butuh alasan, ucapan tersebut sama persis dengan apa yang dirasakannya saat itu. Dengan penuh kekecewaan Sang-hyuk pergi, dan mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah memaafkan Yoo-jin. Jin-suk yang membela Sang-hyuk memutuskan untuk pindah ke tempat Chae-lim.
Min-hyeong sendiri langsung bertolak ke hotel untuk menemui ibunya Mi-hee. Wajahnya yang sendu membuat sang ibu menanyakan mengenai gadis yang sempat dilihatnya yaitu Yoo-jin, yang dibalas bahwa gadis itu mencintai seseorang yang telah mati namun mirip dengan Min-hyeong. Ucapan tersebut membuat Mi-hee menjatuhkan cangkirnya.
Keesokan harinya, Min-hyeong memutuskan untuk menjemput Yoo-jin, yang kemudian dilihatnya berjalan sendirian ditaman. Menyusul dari belakang, gadis itu melihatnya dan tersenyum. Min-hyeong kemudian memberikan seuntai kalung polaris yang disembunyikan di dalam bola salju, dan Yoo-jin membalasnya dengan menempelkan stiker bergambar bintang polaris di mobil pria itu.
Kebahagiaan tersebut tidak bertahan lama, Lung-kok menelepon untuk memberitahu bahwa Sang-hyuk masuk rumah sakit karena menolak makan dan minum dan meminta gadis itu untuk menjenguk. Belakangan, ibu Sang-hyuk juga mendatanginya, namun Yoo-jin tetap menolak untuk datang ke rumah sakit.
Kabar tersebut akhirnya terdengar Min-hyeong, yang memutuskan mengantar Yoo-jin ke rumah sakit karena ia tahu betul watak gadis itu. Ia menyatakan akan menunggu Yoo-jin kembali, sama seperti bintang polaris yang akan membantu mereka yang tersesat.
Sang-hyuk yang terbangun oleh kehadiran Yoo-jin menolak untuk menerima permintaan maaf, dan meminta gadis itu pergi. Begitu Yoo-jin keluar, tim dokter langsung masuk memeriksa kondisi pria malang itu yang berusaha mencabut infusnya. Yoo-jin langsung menangis melihat kenekatan sang-hyuk. Diluar, Min-hyeong yang terus menunggu sadar kalau Yoo-jin tidak akan kembali kesisinya.
Saat bertemu kedua orang tuanya, Sang-hyuk menyatakan niatnya mengajak Yoo-jin untuk belajar di luar negeri. Meski terkejut, namun gadis itu hanya diam saja. Saat dirumah, ia menceritakan kejadian tersebut pada ibunya. Seperti yang sudah diduga, sang ibu mendukung keputusan tersebut.
Dihadapan ibunya, Yoo-jin akhirnya mencetuskan harapannya untuk tidak menikah dengan Sang-hyuk karena ia masih belum bisa melupakan Joon-sang. Beban pikirannya sangat berat, sampai-sampai ia menangis di pundak sang ibu yang hanya bisa termenung memikirkan nasib anaknya yang dipermainkan takdir.
Masalah yang rumit membuat Min-hyeong meminta ijin cuti pada kantornya selama beberapa hari. Saat sedang bersantai di pinggir danau, ia mendengar cerita seorang pria setengah baya tentang seorang anak laki-laki yang hampir tenggelam disana 20 tahun lalu. Ia sangat terkejut saat mendengar anak tersebut bernama Joon-sang, mengingat daerah itu adalah milik pribadi ibunya.
Di tempat lain, Sang-hyuk ditugaskan oleh kantornya untuk mewawancarai Mi-hee yang adalah pianis terkenal. Saat datang ke konser, ia mendapati ayahnya Kim Jin-woo disana. Ternyata, sang ayah dan Mi-hee bersahabat baik semasa sekolah. Dari Jin-woo pula Mi-hee mendengar kabar kalau pria yang disayanginya yaitu ayah Yoo-jin telah meninggal.
Kenyataan tersebut memukul perasaan Mi-hee, yang pingsan setelah konser selesai. Ia dipapah oleh Min-hyeong yang kebetulan hendak menemui sang ibu. Saat bertemu dokter pribadi keluarga, Min-hyeong yang masih penasaran bertanya tentang masa lalunya. Dokter tua tersebut dengan sikap aneh menegaskan bahwa pria itu dibesarkan di Amerika.
Dalam keadaan kalut, Min-hyeong mulai minum-minum. Larangan Chae-lim tidak diperdulikannya, ia berusaha menemui Yoo-jin namun mengurungkan niatnya setelah melihat Sang-hyuk ada disana. Saat ibunya sadar, Min-hyeong kembali menanyakan Joon-sang, namun Mi-hee mengatakan tidak mengenal nama itu.
Atas permintaan Chae-lim, Yoo-jin akhirnya menemui Min-hyeong. Sayangnya kejadian tersebut dipergoki oleh Sang-hyuk dari kejauhan. Gadis itu mengembalikan kalung polaris yang diberikan Min-hyeong, kemudian pergi meninggalkan pria itu yang masih terus menggenggam kalung polaris kesukaan Yoo-jin.
Saat malam tiba, Yoo-jin yang dijemput oleh Sang-hyuk ditelepon oleh seniornya untuk diajak minum-minum. Mendengar Min-hyeong tidak ada disana, Sang-hyuk akhirnya setuju mampir. Namun saat tiba disana, pria berkacamata tersebut terlihat sedang duduk sambil minum.
Kesalahpahamanpun kembali terjadi, Sang-hyuk menuduh Yoo-jin berbohong dan langsung meninggalkannya sendirian tanpa mau mendengar penjelasan. Saat sedang berusaha menyetop taksi, Yoo-jin nyaris saja tersambar taksi kalau saja Min-hyeong tidak muncul dan menarik tubuhnya.
Saat tiba dirumah, Sang-hyuk sudah menantinya dan meminta maaf. Keduanya kembali berbaikan. Ditempat lain, ucapan seniornya bahwa ia mungkin lupa kalau mahir main piano membuat Min-hyeong mulai curiga dirinya mengalami amnesia tentang masa lalunya.
Saat sedang berziarah kemakam ayahnya, Yoo-jin yang datang bersama Sang-hyuk tidak sadar kalau Mi-hee baru saja mendatangi tempat itu. Saat pulang, Yoo-jin melihat poster Mi-hee di mobil Sang-hyuk dan menyebutkan kalau wanita itu adalah ibu Min-hyeong. Sang-hyuk yang terkejut langsung membalikkan arah mobilnya ke Chuan Chun, dan meminta Yoo-jin turun di tengah jalan.
Ternyata Sang-hyuk pergi menuju sekolah SMU-nya dulu untuk memeriksa data pribadi Joon-sang. Benar dugaannya, Mi-hee adalah ibu kandung Joon-sang. Yang lebih mengejutkan lagi, ia mendapat kabar kalau ada orang lain yang telah terlebih dahulu memeriksa data tersebut.
Yoo-jin yang kesepian memutuskan untuk pergi ke taman di pinggir danau dengan bis, tanpa sengaja ia bertemu dengan Min-hyeong yang nampak kalut disana. Belum sempat berbicara banyak, Sang-hyuk telah muncul dan langsung mengajak Yoo-jin pergi.
Beberapa saat sebelumnya, Min-hyeong rupanya telah mengunjungi rumah yang pernah ditinggali Joon-sang. Disana, ia bertemu dengan ibunya Mi-hee. Kecurigaan bahwa dirinya adalah Joon-sang semakin kuat, apalagi setelah wanita itu memanggilnya dengan nama tersebut sambil meminta maaf. Tanpa banyak bicara, Min-hyeong langsung berlari meninggalkan tempat tersebut.
Untuk memastikan kecurigaannya, Sang-hyuk mendatangi kantor Min-hyeong namun disana malah bertemu Chae-lim. Gadis itu curiga akan sikap sahabatnya yang tidak seperti biasanya, namun Sang-hyuk tidak memberitahu bahwa Min-hyeong adalah Joon-sang.
Sang-hyuk akhirnya berhasil menemukan Joon-sang di luar apartemennya, namun saat dipanggil dengan nama Min-hyeong, ia tidak menoleh. Apa yang ditakutkan Sang-hyuk menjadi kenyataan, Joon-sang baru menoleh ketika nama aslinya dipanggil, yang berarti ia telah mengetahui masa lalunya sebagai pacar Yoo-jin.
Saat keduanya mengobrol, Sang-hyuk meminta Joon-sang agar tidak membeberkan kejadian sebenarnya pada Yoo-jin karena hanya akan membuat gadis itu shock. Sang-hyuk juga mengingatkan ucapan rivalnya tersebut 10 tahun silam yang mengatakan mendekati Yoo-jin hanya untuk membuatnya kesal. Joon-sang hanya tertegun, karena ia tidak ingat masa lalunya sama sekali.
Di hadapan Jin-suk, Yoo-jin mengakui bahwa salah satu alasan mengapa ia menyukai Min-hyeong meski karakternya berbeda dengan Joon-sang adalah kemiripan mereka. Selain itu, hatinya juga merasakan getaran yang sama dengan apa yang dirasakannya 10 tahu silam saat Joon-sang masih hidup.
Joon-sang mendengar akan ada pertemuan dengan teman-teman SMU-nya saat bertemu Chae-lim sehingga ia memaksa ikut. Di restoran, Joon-sang menanyakan tentang masa lalunya dan terakhir mengutarakan kemungkinan kalau Min-hyeong adalah Joon-sang. Ucapan tersebut membuat semua yang hadir terdiam, saat itu Yoo-jin belum hadir. Joon-sang akhirnya memutuskan untuk pergi dari restoran.
Saat keluar, ia berpapasan dengan Yoo-jin yang baru mau masuk ke dalam restoran. Ia langsung menarik gadis itu dan mengutarakan, dalam keadaan bingung, bahwa dirinya adalah Joon-sang, dan Yoo-jin tentu saja tidak percaya. Bersamaan dengan itu, Sang-hyuk muncul dan berusaha menarik Yoo-jin, namun ia malah dipukul Joon-sang.
Melihat perubahan sifat pria yang pernah dicintainya itu, Yoo-jin marah dan langsung mengajak Sang-hyuk pergi dengan menumpang taksi. Didalam taksi, Sang-hyuk meminta Yoo-jin untuk tidak meninggalkannya apapun yang terjadi, yang dibalas oleh anggukan kepala.
Joon-sang menelepon ponsel Yoo-jin dan mengajaknya bertemu untuk memberi penjelasan. Namun Yoo-jin menolak dan mengatakan bahwa Min-hyeong bukanlah Joon-sang karena sifat keduanya bagai langit dan bumi. Setelah menutup telepon, Yoo-jin berubah pikiran dan berusaha menemui pria yang dikenalnya sebagai Min-hyeong. Sang ibu berusaha mencegah, dan jatuh pingsan.
Untuk berusaha mengingat masa lalunya, Joon-sang kembali ke sekolahnya di Chuan Chun dan mengelilingi halaman yang kosong. Pada saat bersamaan, Yoo-jin juga berada disana namun berada di ruang radio.
Saat itu, Joon-sang berada di ruang piano yang kosong dan memainkan lagu The First Time. Ia berhenti saat mendengar pembacaan puisi yang disiarkan lewat radio sekolah, dimana pada saat bersamaan Yoo-jin meneteskan air mata. Meski berada di tempat yang sama, keduanya selalu berselisih jalan sehingga tidak bertemu.
Di Marcian, Joon-sang memberitahu seniornya kalau ia berencana untuk kembali ke Amerika dan meminta sahabatnya tersebut mengurus proyek ski es yang sebentar lagi rampung. Ia sadar, akan lebih baik bila identitasnya sebagai Min-hyeong dipertahankan. Sebelum berpisah, Joon-sang meminta waktu untuk bertemu Sang-hyuk.
Saat bertemu saingannya tersebut, Joon-sang memberitahu kalau ia tidak akan mengganggu Yoo-jin dan meminta Sang-hyuk untuk menjaga gadis itu mengingat dirinya tidak akan kembali ke Korea lagi. Keduanya berpisah sambil berjabatan tangan bagai seorang sahabat.
Perpisahan berikutnya adalah dengan Chae-lim, namun saat mendatangi salonnya, Joon-sang malah bertemu dengan Yoo-jin yang sedang mencoba gaun pengantin. Saking terburu-buru, sepatu berhak Yoo-jin lepas, dan Joon-sang membantu memasangkan, persis seperti kejadian 10 tahun silam saat memanjat tembok sekolah yang tidak diingatnya namun selalu lekat di hati Yoo-jin.
Untuk terakhir kalinya, Joon-sang menanyakan Yoo-jin seputar cintanya pada Min-hyeong yang hanya didasarkan oleh kemiripan wajah dengan pacar lamanya tersebut. Yoo-jin menyatakan bahwa cintanya terhadap Joon-sang dan Min-hyeong sama besar. Obrolan mereka terputus oleh munculnya Jin-suk.
Ayah Sang-hyuk datang mengunjungi ibu Yoo-jin yang kabarnya dalam kondisi kurang sehat. Saat diantar keluar oleh Yoo-jin, pria setengah baya tersebut mengatakan bahwa perasaannya menyebutkan bahwa Min-hyeong dan Joon-sang adalah orang yang sama. Ia juga menanyakan apakah Yoo-jin sempat mendatangi pemakaman Joon-sang. Ucapan tersebut membuat gadis itu semakin bingung.
Di kantor, Yoo-jin diberitahu seniornya bahwa Min-hyeong akan pergi ke Amerika, dan menitipkan sesuatu untuknya. Saat dibuka, isinya ternyata CD berisi lagu The First Time dan secarik kertas.
Didalamnya, Min-hyeong menyatakan permohonan maafnya karena tidak mampu memainkan lagu tersebut seperti yang pernah dilakukan Joon-sang. Mendadak Yoo-jin teringat sesuatu, dirinya tidak pernah memberitahu siapapun soal hadiah pemberian Joon-sang. Ia langsung berlari dan mencegat taksi menuju airport, ia sadar bahwa Min-hyeong adalah Joon-sang.
Di bandara, Yoo-jin dengan penuh kepanikan mencari sosok Joon-sang, yang akhirnya ditemukannya saat pria itu baru memasangkan sepatu ke kaki seorang anak perempuan. Gadis itu langsung memanggilnya dengan nama Joon-sang, sambil meminta maaf karena tidak mengenalinya sejak awal.
Joon-sang akhirnya tidak jadi pergi ke Amerika, dan menghabiskan waktunya di kamar hotel mengobrol dengan Yoo-jin. Pria itu meminta maaf karena meski namanya Joon-sang, namun ia tidak mengingat sedikitpun masa lalunya. Yoo-jin menceritakan tentang sarung tangan, permainan piano, bolos, sepeda, sampai berpegangan tangan, namun tidak satupun yang bisa diingat Joon-sang.
Saat Yoo-jin tertidur, Joon-sang menelepon Sang-hyuk dan memintanya menjemput gadis itu keesokan harinya. Pria itu meninggalkan kertas berisi pesan bahwa dirinya berterima kasih karena Yoo-jin selalu menyimpan kenangan terhadap Joon-sang, yang sayangnya tidak mampu ia ingat. Saat bangun dan menemukan surat itu, Yoo-jin berlari mencari Joon-sang meski sudah dicegah Sang-hyuk.
Yoo-jin menyusul Joon-sang yang berada di seberang jalan, tanpa melihat ada truk yang melintas. Secara refleks, Joon-sang langsung mendorong Yoo-jin, dan untuk kedua kalinya ia tertabrak. Di rumah sakit, Chae-lim dengan berang memarahi Yoo-jin yang dianggap sebagai penyebab Min-hyeong celaka.
Merasa bersalah, Yoo-jin memutuskan berada di rumah sakit merawat Joon-sang sampai pria itu sadar. Sang-hyuk membawakan makanan, dan mengatakan bahwa bila Yoo-jin ingin merawat Joon-sang, maka ia harus punya banyak enerji. Dikamar, Yoo-jin menyatakan pada Joon-sang yang tidak sadar bahwa ia tidak akan meninggalkan pria itu lagi.
Malamnya, kondisi Joon-sang memburuk sehingga Yoo-jin semakin panik. Diluar ruangan, ia terus berdoa bagi keselamatan kekasihnya tersebut. Ia juga terus menunggu di sisi tempat tidur sepanjang malam.
Joon-sang mulai sadar, dan memegang wajah Yoo-jin yang berada didekatnya sambil memanggil namanya. Pria itu menceritakan kalau dirinya ingat saat pertama kali mengenal Yoo-jin, kepala gadis itu bersandar dibahunya saat tertidur. Mendengar hal itu, Yoo-jin sadar kalau sebagian ingatan Joon-sang sudah kembali.
Yoo-jin memutuskan untuk pulang dan mengepak barang-barangnya. Saat bertemu Jin-suk, ia memberitahu kalau ingatan Joon-sang sudah mulai pulih. Berita tersebut didengar Sang-hyuk, yang langsung menuju rumah sakit dan menemukan kasur Joon-sang sudah kosong. Suster rumah sakit membenarkan bahwa ingatan Joon-sang sudah kembali.
Keesokan harinya, Sang-hyuk mengajak Yoo-jin minum kopi sambil menyatakan dirinya siap melepas gadis yang dicintainya sejak dulu itu. Sambil bercanda ia mengatakan bahwa dirinya melakukan hal yang berkebalikan dengan Joon-sang yang berusaha mengingat yaitu melupakan.
Dengan hati yang hancur-lebur, Sang-hyuk berjalan tidak tentu arah di tengah jalanan yang ramai sambil mengingat masa-masa indahnya bersama Yoo-jin. Ia juga memberitahu kedua orangtuanya bahwa pernikahan mereka dibatalkan, dan menolak memberi penjelasan lebih lanjut.
Hidup mulai berjalan kembali seperti normal, Joon-sang yang telah sembuh diijinkan meninggalkan rumah sakit. Ia memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen, dan berusaha menata tempat tersebut bersama Yoo-jin.
Keesokan harinya, Joon-sang mengajak Yoo-jin menjadi pemandu untuk mendapatkan ingatannya kembali. Mereka mulai merekonstruksi ulang semua adegan yang pernah dilalui bersama, mulai saat duduk berdua di bis, memanjat tembok sekolah, bermain voli, sampai duduk di kursi di tepi danau.
Yoo-jin menceritakan saat keduanya membuat boneka salju yang saling berciuman, Joon-sang sadar bahwa setelah itu, ia juga mencium gadis itu namun kejadian tersebut tidak dapat diingatnya. Yoo-jin lalu mengajaknya ke dermaga, dan mengatakan bahwa membuat masa depan yang lebih baik jauh lebih penting daripada menggali kenangan di masa lalu.
Saat melihat seorang anak kecil, Joon-sang mendadak teringat dengan sarung tangan yang pernah diberikan Yoo-jin 10 tahun silam. Ia langsung menelepon sang ibu untuk memastikan barang-barang masa lalunya masih tersimpan rapi, dan mengajak Yoo-jin ke rumah lamanya untuk mengembalikan sarung tangan tersebut.
Malamnya, mereka mengunjungi tempat dimana Yoo-jin menunggu Joon-sang yang tidak kunjung datang satu dasawarsa silam. Saat gadis itu membeli kopi, salju mulai turun dan satu-persatu ingatan Joon-sang mulai kembali. Yoo-jin kaget melihat mata Joon-sang basah, pria itu telah mengingat apa yang hendak diucapkannya saat itu : ia mencintai Yoo-jin.
Ibu Yoo-jin berinisiatif mengembalikan semua uang dan pemberian yang diberikan oleh keluarga Sang-hyuk ke pria tersebut sambil meminta maaf atas sikap anaknya. Saat keluar, ia berpapasan dengan Mi-hee. Ucapan Sang-hyuk yang mengatakan bahwa ia adalah ibu Yoo-jin wanita yang saat ini dipacari Joon-sang membuat Mi-hee kaget bukan main.
Yoo-jin mengundang para sahabat dekatnya untuk menghadiri pesta ulang tahun Joon-sang. Join-suk mengabari berita tersebut kepada Lung-kok lewat telepon di butik, namun Chae-lim yang kebetulan mendengar marah dan menyuruhnya pulang.
Sang-hyuk sendiri mendengar kabar tersebut dari Lung-kok, dan memutuskan untuk mendatangi apartemen Joon-sang. Suasana berlangsung kaku, dan ia pulang lebih awal. Belakangan, Joon-sang mendatangi kantor Chae-lim untuk meminta maaf karena telah dua kali menyakiti perasaannya.
Chae-lim masih belum bisa menerima kenyataan, dan memanggilnya dengan nama Min-hyeong. Gadis itu berharap supaya pria itu kembali seperti dulu, namun semua sudah tidak mungkin lagi. Chae-lim menyatakan kalau dirinya lebih membutuhkan Min-hyeong daripada Joon-sang.
Paginya, Joon-sang mendapati fakta baru seputar alasannya datang ke Chuan Chun sepuluh tahun silam yaitu mencari tahu siapa ayah kandungnya. Sementara itu, ayah Sang-hyuk mendapat kenyataan bahwa Joon-sang adalah anak dari Mi-hee. Ia langsung menelepon mantan sahabat dekatnya tersebut karena kuatir Joon-sang adalah darah dagingnya juga, namun telepon tersebut ditutup.
Saat turun, ia berpapasan dengan Joon-sang dan keduanya mengobrol di kafe. Meski penasaran siapa ayah Joon-sang sesungguhnya, pria itu memintanya bersabar karena pasti ada alasan kuat mengapa Mi-hee menolak untuk bercerita lebih lanjut. Mi-hee sendiri saat itu mendatangi ibu Yoo-jin dan memberitahu bahwa pacar sang gadis adalah anak kandungnya.
Saat sedang berjalan berdua, tanpa sadar Yoo-jin dan Joon-sang sampai ke sebuah gereja dan menyaksikan pernikahan sepasang sejoli. Setelah sepi, mereka mendekati altar dan Yoo-jin berlutut serta berdoa untuk mengucapkan syukur karena bisa bersama Joon-sang. Ia meminta supaya pria itu juga berdoa.
Joon-sang berlutut, dan dalam doanya mengatakan bahwa ia berharap bisa menghabiskan sisa hidupnya bersama Yoo-jin yang sangat dicintainya sampai rambutnya putih, dan bisa mempunyai anak-anak yang selalu mengingatkannya pada gadis itu. Ucapan tersebut membuat mata Yoo-jin berkaca-kaca, ia terharu oleh ketulusan ucapan Joon-sang.
Di gereja, Joon-sang memegang kalung polaris yang diberikannya pada Yoo-jin dan sambil menatap gadis itu dengan tatapan meluluhkan, ia meminta supaya Yoo-jin mau menikahinya. Yoo-jin hanya bisa mengangguk, dan di menit berikutnya, mereka berciuman.
Paginya, Joon-sang dan Yoo-jin berjalan dengan gembira menuju tempat ski es sambil bergandengan tangan. Gadis itu berharap supaya musim dingin itu berlangsung selamanya, karena ia takut akan kehilangan Joon-sang lagi. Keduanya menghabiskan waktu dengan bermain salju, dan saat di bar, Joon-sang memainkan lagu The First Time.
Joon-sang memutuskan untuk langsung melamar kekasihnya tersebut ke ibu Yoo-jin, namun saat muncul di depan pintu, ia disambut dengan dingin. Pria itu mulai merasa lamarannya ditolak, namun Yoo-jin menghibur dan mengatakan bahwa ia akan berbicara dengan ibunya.
Dugaan Yoo-jin ternyata salah, ibunya tetap ngotot tidak memperbolehkannya bersanding dengan Joon-sang. Wanita setengah baya tersebut akhirnya menceritakan masa lalu yang sama sekali tidak diduga, ayah Yoo-jin ternyata sempat berpacaran dengan Mi-hee namun belakangan meninggalkannya dan menikah dengan ibu Yoo-jin.
Dalam keadaan yang semakin kacau tersebut, Joon-sang mendapat undangan minum bersama dari Sang-hyuk. Mantan tunangan Yoo-jin tersebut memberikan persetujuannya bila Joon-sang memutuskan untuk menikah, bahkan menyarankannya supaya kawin lari sebagai penyelesaian masalah.
Yoo-jin mendatangi Joon-sang yang sedang termenung di tengah padang es, namun saat ditegur ia kaget melihat pria itu meneteskan air mata. Joon-sang berkilah kala hal itu terjadi karena ia sedang pilek, dan langsung memeluk Yoo-jin dengan sangat erat.
Paginya, Joon-sang kembali mengajukan lamaran pada Yoo-jin, dan mengatakan kalau dirinya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menyuntingnya. Yoo-jin terkejut melihat kenekatan Joon-sang, dan meminta waktu untuk berpikir. Dikamarnya, pria berkacamata tersebut mulai mengingat tentang foto ibunya saat muda, dan alasan ia lari dari rumah Yoo-jin sepuluh tahun silam.
Mendadak Yoo-jin muncul dan mengajaknya bicara sambil berjalan di tengah padang es. Gadis itu menanyakan keseriusan Joon-sang untuk menikahinya, dan menanyakan siapa saja yang akan menjadi saksi. Yoo-jin akhirnya setuju menikahi Joon-sang, dengan saksinya mereka berdua sendiri.
Di tempat lain, Sang-hyuk secara tidak sengaja mendengar pembicaraan ayahnya dengan seseorang di telepon, dan terkejut mendengar kemungkinan besar Joon-sang dan Yoo-jin adalah saudara sedarah. Ia langsung berlari meninggalkan rumah.
Sementara itu, Joon-sang mengenakan jas dan sedang mempersiapkan diri, ia menunggu kehadiran Yoo-jin di depan altar gereja. Gadis yang dicintainya itu muncul bagai bidadari dengan gaun pengantin yang sederhana namun memancarkan pesona. Sambil menyaksikan Yoo-jin perlahan mendekatinya, dalam hatinya Joon-sang memohon maaf pada Tuhan.
Sang-hyuk yang muncul terburu-buru tidak menemukan Yoo-jin, dan dari seniornya diketahui kalau gadis itu siap melangsungkan pernikahan di kapel. Sang-hyuk muncul tepat pada saat Joon-sang dan Yoo-jin saling mengucapkan ikrar pernikahan, dan meminta supaya pernikahan tersebut dibatalkan.
Joon-sang mengajak Yoo-jin berjalan-jalan di tepi pantai, dan menetapkan bahwa itulah kali pertama dan terakhir mereka disana karena pria itu sudah memutuskan untuk meninggalkan wanita yang sangat dicintainya tersebut. Di pesisir, Yoo-jin mengumpulkan kepingan uang logam.
Joon-sang meminta Yoo-jin untuk mengumpulkan lebih banyak lagi sehingga mereka bisa membeli perahu layar untuk berlayar ke tempat yang jauh. Mereka meneruskan langkah ke sebuah toko, dimana Yoo-jin meminta Joon-sang untuk menunggu diluar. Saat sendirian, pria itu menelepon Sang-hyuk dan memintanya untuk menghancurkan fotonya dan Yoo-jin serta menjemput gadis itu keesokan harinya.
Ternyata Yoo-jin membeli sebuah kamera sekali pakai dan sebuah koin khusus. Malamnya, mereka berdua menginap di satu kamar karena tidak ada kamar tersisa. Saat Yoo-jin terlelap, Joon-sang mengusap wajah dan rambutnya dan hendak memberikan ciuman, namun pria itu urung melakukannya dan keluar dari kamar.
Paginya, mereka meneruskan kebersamaan dengan berbelanja bersama. Keduanya sempat terpisah karena Yoo-jin menolong seorang wanita tua, dan saat bertemu, tanpa sadar Joon-sang memarahinya. Saat duduk di pinggir laut, Yoo-jin memberi tahu kalau kalung polarisnya rusak, dan Joon-sang memintanya dengan alasan akan diperbaiki.
Malamnya, Joon-sang meminta maaf karena membentak Yoo-jin, namun gadis itu berpura-pura marah dan meminta Joon-sang menebus kesalahannya tersebut sambil bertanya apa yang akan mereka lakukan keesokan harinya. Joon-sang mengalihkan pembicaraan dan menasehati beberapa hal pada Yoo-jin. Karena tidak tahan, Joon-sang meneteskan air mata dan keluar disertai pandangan heran Yoo-jin.
Malamnya saat Yoo-jin telah terlelap, Joon-sang masuk dan sambil mengucapkan maaf, mencium pipi gadis itu dan keluar lagi. Sendirian, ia berjalan ke tepi pantai dan melempar koin khusus, kamera, dan kalung polaris ke laut. Pria itu tidak tahan lagi, dan akhirnya menangis ditemani angin malam.
Saat bangun pagi harinya, Yoo-jin tidak menemukan Joon-sang dan saat keluar kamar, Sang-hyuk telah menunggu sambil memberitahu kalau pria berkacamata tersebut telah pergi karena tidak ingin menyakiti hati ibunya. Yoo-jin yang tidak percaya berusaha mencari Joon-sang, namun Sang-hyuk menghentikan langkahnya.
Keesokan harinya, Yoo-jin mendatangi Joon-sang dikantornya untuk menanyakan kebenaran berita bahwa mereka kakak-beradik. Meski berusaha bersikap kasar, Joon-sang yang tidak tega akhirnya mengakui kebenaran berita itu. Yoo-jin langsung lemas dan ambruk dilantai, namun saat hendak ditolong Joon-sang, ia menolak.
Saat tiba dirumah, Joon-sang telah dinanti kehadirannya oleh Mi-hee. Mendadak, pria itu merasa pusing sehingga ibunya harus membantu untuk mengistirahatkannya ditempat tidur. Joon-sang meminta agar sang ibu tidak mengganggunya.
Penyakit Joon-sang semakin menjadi-jadi, saat ayah Sang-hyuk berkunjung keapartemennya, wajahnya terlihat sangat pucat dan mendadak pingsan. Pria setengah baya itu langsung membawa Joon-sang ke rumah sakit, sekaligus memberikan contoh darahnya untuk tes.
Berita Joon-sang masuk rumah sakit terdengar oleh Sang-hyuk dan Chae-lim yang mengunjunginya, dan disitu Chae-lim tahu bahwa alasan tidak hadirnya Yoo-jin adalah karena keduanya bersaudara. Saat sembuh, Joon-sang diantar pulang oleh gadis itu yang akhirnya mengakui, Min-hyeong yang dikenalnya selama ini adalah Joon-sang.
Kejadian beruntun yang menimpanya membuat Yoo-jin memutuskan untuk mundur dari pekerjaannya, ia meminta Sang-hyuk menolongnya menghubungi Joon-sang yang terus menghindar. Saat keluar dari Polaris, ia menenteng maket rumah yang didesainnya sendiri, tanpa sadar kalau Joon-sang mengikutinya dari belakang.
Di taman, ia memberikan maket tersebut kepada seorang anak kecil sambil mengatakan bahwa rumah impiannya sudah terpatri didalam hati. Saat hendak beranjak pergi, Joon-sang telah berada didepannya.
Saat ngobrol berdua, Joon-sang menyampaikan permintaan maafnya pada Yoo-jin. Di kesempatan tersebut, Yoo-jin mengatakan bahwa dirinya akan selalu mencintai Joon-sang sampai masa yang akan datang, dan ia tidak merasa malu akan cinta yang telah dirasakannya selama ini. Sebelum berpisah, Yoo-jin memberikan maket rumah rancangannya sebagai tanda mata.
Pihak rumah sakit menghubungi ayah Sang-hyuk untuk memberitahu hasil tes darah yang dilakukannya, dan menyimpulkan bahwa pria itu adalah ayah kandung Joon-sang. Belakangan, Mi-hee akhirnya mengakui kebenaran yang telah lama ditutupinya tersebut.
Saat dikantor, Joon-sang pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat sadar, ia diberitahu kalau ada penggumpalan darah di bagian otak dan harus dioperasi kalau tidak ingin akibatnya fatal. Saat pulang ke apartemen, pria berkacamata tersebut telah ditunggu oleh ayah Sang-hyuk, yang menyampaikan berita bahwa dia adalah ayah Joon-sang.
Terkejut mendengar pengakuan tersebut, Joon-sang langsung mendatangi ibunya yang telah membuat dirinya dan Yoo-jin menderita. Dengan bercucuran air mata, Mi-hee meminta maaf dan memberi tahu alasannya berbohong, yaitu karena ia ingin sekali membesarkan Joon-sang sebagai anak ayah Yoo-jin.
Di tempat lain, Yoo-jin telah mengukuhkan niatnya untuk pergi ke Perancis. Di apartemennya, Sang-hyuk meminta supaya hubungan mereka bisa kembali seperti sebelumnya, yang ditolak dengan halus oleh Yoo-jin. Adegan ini terlihat oleh Joon-sang, yang kemudian mengurungkan niatnya bertemu Yoo-jin.
Sang-hyuk mengutarakan niatnya kepada sang ayah untuk bisa kembali bersama Yoo-jin, namun ia malah mendapati kenyataan kalau dirinya memiliki hubungan darah dengan Joon-sang. Pria itu langsung mendatangi kantor Joon-sang dan memintanya untuk mengembalikan masa-masa indah bersama Yoo-jin. Joon-sang sadar kalau Sang-hyuk telah mengetahui segalanya.
Saat tiba di kantornya, pandangan Joon-sang yang sedang memperhatikan maket rumah idaman Yoo-jin mendadak kabur. Sadar kalau penglihatannya akan menurun drastis dan tidak memiliki banyak waktu, ia menyelesaikan cetak biru rumah tersebut dalam waktu semalam.
Paginya, ia menelepon Yoo-jin untuk memberitahu rencana keberangkatan ke Amerika. Pria berkacamata tersebut sempat meminta Yoo-jin untuk kembali dengan Sang-hyuk, namun ditolak. Malamnya, Joon-sang meminta supaya Yoo-jin tidak mengantarnya ke bandara, mengingatkannya untuk menjaga kesehatan, dan menjadikan memori di pinggir pantai sebagai kebersamaan mereka yang terakhir.
Yoo-jin sangat sedih mendengar ucapan Joon-sang, dan sempat menarik lengan pria itu sebelum kemudian dilepaskan lagi. Sebelum pergi, Joon-sang meminta Sang-hyuk untuk menjaga gadis itu. Belakangan, Sang-hyuk baru sadar kalau kepergian ‘kakak’nya ke Amerika tersebut adalah untuk operasi otak dan ada kemungkinan tidak bisa bertahan hidup.
Kabar tersebut membuat Sang-hyuk merasa bersalah, ia mendatangi rumah Yoo-jin dan memberitahu kebenaran bahwa Joon-sang tidak memiliki hubungan darah dengan gadis itu, dan pria berkacamata tersebut menderita penyakit yang mungkin mematikan. Keduanya langsung menyusul ke bandara, namun Joon-sang keburu berangkat.
Yoo-jin memutuskan untuk berangkat ke Paris untuk belajar, dan sebelum pergi, Sang-hyuk memberinya sebuah tiket dengan tujuan ke New York dengan harapan gadis itu mengunjungi Joon-sang. Tiket tersebut diterimanya, namun saat berangkat, Yoo-jin meletakkannya di bangku bandara.
Tak terasa, tiga tahun telah berlalu. Di musim semi, Yoo-jin kembali dari Perancis dan berkumpul dengan Sang-hyuk, Chae-lim, serta Yong-kuk dan Jin-suk yang sudah menikah. Ia memutuskan untuk kembali ketempat bekerjanya yang lama, namun sesampai disana, ia ditunjukkan artikel tentang sebuah rumah yang sama persis seperti rumah impian yang dirancangnya tiga tahun silam.
Yoo-jin memutuskan untuk melihat-lihat rumah yang terletak disebuah pulau tersebut. Rumah itu ternyata milik Joon-sang, yang kini telah buta setelah menjalani operasi. Pria itu sedang menelusuri rumahnya dengan cara meraba, dan tapa sengaja menjatuhkan satu keping puzzle. Meski berusaha memasangnya kembali, Joon-sang tidak dapat menemukan kepingan yang tercecer itu.
Yoo-jin tiba di rumah besar yang saat itu kosong, dan melihat-lihat sekeliling. Ia menemukan puzzle yang dijatuhkan Joon-sang, dan memasangnya. Ia teringat dengan kejadian yang sama saat Joon-sang masih menggunakan nama Man-hyeong. Dari belakang, mendadak terdengar suara Joon-sang yang bertanya “Siapa disana?”
Yoo-jin langsung membalikkan badan mendengar suara yang sudah sangat dikenalnya tersebut, ia tidak mampu berkata-kata dan mulai meneteskan air mata, seolah tidak percaya dengan apa yang ada dihadapannya. Joon-sang memanggil sekali lagi, namun tenggorokan Yoo-jin tercekat sehingga ia tidak bisa mengeluarkan suara saking terharunya.
Joon-sang sendiri, walau tidak melihat, merasa kalau sosok didepannya sudah tidak asing lagi. Ia langsung memanggil nama Yoo-jin, yang dibalas oleh gadis itu. Setelah 13 tahun diterpa berbagai badai hebat, cinta Joon-sang dan Yoo-jin akhirnya bisa bersatu…

Korean Drama

Winter Sonata